Jumat, 21 Februari 2014 ★ 04.33 │
AKHLAK,
SIFAT, DAN KETELADANAN NABI MUHAMMAD
Hai, buat kalian pecinta islam!
Diblog ini, saya akan menyajikan
artikel-artikel yang menyangkut :
1. Akhlak dan contoh-contohnya
2. Meneladani sifat nabi
3. Dan kisah-kisah Nabi
Artikel-artikel ini, saya copy dari pecinta
islam lainnya dimedia sosial.
Dan saya merangkumnya, disini. Semoga dapat
bermanfaat, teman-teman pecinta islam…. J
Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut
pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari
bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi
persesuain dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat
hubungan ” Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang
diciptakan.
Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam.
Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan
seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika
seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik,
yakni pembuatan itu selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati sadar.
1
|
Akhlak kepada Allah
|
|
Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh
perintah yang telah disampikan Allah kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad
SAW. Seluruh perintah tersebut sudah tercatat dalam Al-Quran dan Hadist.
|
2
|
Akhlak kepada ciptaan Allah
|
|
Akhlak
terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan
sopan santun sesama ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan Allah yang gaib
dan ciptaan Allah yang nyata, benda hidup dan benda mati.
|
Berikut akhlak yang bisa kita tiru :
1. Bersifat adil
Kita harus bersifat adil, kepada sesama dalam
hal apa saja. Entah itu, kepada ibu, ayah, anak, kakak, adik, nenek, kakek,
cucu, bahkan kepada binatang. Kalau tidak adil, bisa-bisa akan ada
kecemburuan.Tapi ingat, ADIL TIDAK HARUS SAMA. Yang penting sesuai dengan
kapasitas, keperluaan dll. Adil juga bsalah satu perintah Allah, difirman-Nya.
2. Adanya rasa kasih sayang
Saling mengasihi antar makhluk hidup itu
baik. Kasih sayang adalah kebersihan jiwa dan ruh. Kaish sayang, juga merupakan
sifat Allah. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
3. Mempunyai rasa malu
Malu, tapi malu pada tempatnya. Malu itu jika
kita, mengambil hak yang bukan milik kita, melakukan amal buruk. Seharusnya
rasa malu yang lebih besar adalah malu pada Allah.
4. Menjaga kehormatan
Sebagai manusia, kita punya harga diri, baik
kehormatan perempuan, maupun kehormatan laki-laki. Tapi dengan syarat, menjaga
kehormatan itu, harus tetap megikuti jalan Allah ya..
5. Bersifat jujur
Kita harus jujur, dalam semua hal. Kita
harus, berani bertanggung jawab, oleh apa yang kita lisankan maupun apa yang
kita perbuat. Memang ada, istilah “tidak apa-apa berbohong, asal untuk
kebaikan” tapi, kita tidak boleh asal berbohong. Memakai pernyataan diatas,
haruis benar-benar dipikirkan. Masalah yang bagaimana dulu, yang kita boleh
berbohong.
6.
Amanah
Amanah berarti mudah dipercaya. Ini merupakan
salah satu sifat Rasul. Mungkin dengan kata lain, amanah bisa diberi
kepercayaan. Menyimpan rahasia dan masih banyak lagi.
7. Ber-Tawadhu
Tawadhu, artinya rendah hati, perasaan lembut
yang dapat memperkokoh persaudaraan. Kebalikan dari tawadhu adalah sombong.
8. Punya sifat pemaaf
Memaafkan, merupakan hal yang harus dilakukan
sesama umat. Kita harus memaafkan apapun kesalahannya. Tidak memaafkan
kesalahan orang terhadap kita, apalagi mempunyai rasa dendam pada orang
tersebut, sangat dosa. Memafkan itu pahalanya besar.
9. Berbakti kepada orangtua
Wah,yang ini tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Bukankah, ridhonya orang tua ridhonya Allah juga? Untuk itu kita harus,
berbakti pada orang tua, membuat mereka senang, tidak melukai hati mereka dll.
Apa lagi surge ada dibawah telapak kaki ibu.
10. Berbuat baik
Itu harus dilakukan kepada semua makhluk.
Berbuat baik merupakan perintha Allah. Baik juga diartikan mengerjakan banyak
amal shaleh tanpa diikuti rasa riya`.
11. Sabar
Bisa diartikan menahan amarah, maupun sabar
dalam hal apa saja. Sesungguhnya orang yang kuat, itu adalah, orang yang bisa
menjaga dan melawan nafsu nya sendiri.
Berikut adalah sebagian keci akhalak Mahmudah
yang dimiliki oleh Rasulullah:
1.
Setiap Rasulullah
s.a.w. berjabat tangan dengan seseorang, maka Beliau tidak akan melepaskan
genggaman tangannya kecuali orang yang berjabat tangan tersebut melepaskan
genggaman tangannya terlebih dahulu.
2.
.Pada suatu waktu, ada seorang hamba
sahaya perempuan yang datang menemui Rasulullah s.a.w., kemudian ia memegang
tangan Beliau dan mengajak Beliau pergi untuk suatu keperluan peribadinya.
Beliau menurutkan kemauhan yang diinginkan hamba sahaya perempuan tersebut dan
Beliau tidak akan meninggalkannya sampai ia mendapatkan apa yang diinginkan.
3.
Setiap ada seseorang yang mengajak
bicara bengan Rasulullah s.a.w., Beliau tidak akan memalingkan mukanya dan
berlalu pergi kecuali orang tersebut yang memulakan pergi terlebih dahulu.
4.
Rasulullah s.a.w. tidak pernah
memotong pembicaraan seseorang, kecuali jika ia telah melanggar batas. Pada
kebiasaannya, Beliau akan memotong pembicaraan mereka dengan cara memlarang
mereka atau dengan berdiri.
5.
Setiap baginda Rasulullah s.a.w.
bertemu dengan salah satu sahabat, maka Beliau akan memulakan untuk mengajak
berjabat tangan, kemudian memegangnya dengan erat dan penuh persaudaraan.[2]
6.
Rasulullah s.a.w. selalu memulakan
mengucapkan salam kepada setiap orang yang ditemukan.
Bagaimana? Indah ya, akhlak Rasullullah? Mari kita
bersama-sama yakin dan berusaha meruubah akhlak kita, yang lebih baik,
tentunya, akhlak yang dicontohkan Rasul dan dicintai Allah SWT.
1. Rasulullah
SAW pernah ditanya oleh seseorang, “Siapakan perempuan yang paling Engkau
cintai ?”. Beliau SAW menjawab,” Aisyah”. Lalu ditanya lagi,”Kalau dari
kalangan laki laki, siapakah yang paling engkau cintai Ya Rasulullah?”.
Rasulullah SAW menjawab,”Ayahnya yaitu Abu Bakar”. Khalifah Abu Bakar As
Shiddiq r.a lelaki yang paling utama di kalangan umat ini adalah orang yang
menemani Rasulullah SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah. Beliau pula orang yang
paling banyak berinfaq fi sabilillah bila seruan jihad telah berkumandang.
Sewaktu Rasulullah SAW sakit yang menyebabkan kewafatannya maka Abu Bakar r.a
yang ditunjuk sebagai Imam sholat. Dan kelak syurga yang paling luas dari
kalangan umat ini adalah syurganya Abu Bakar r.a
Pernah suatu hari Abu Bakar r.a tercenung, ia sedang berpikir kira kira amal
apa yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW tapi belum ia kerjakan. Maka ia
mencari anaknya, Aisyah r.a dan bertanya,”Wahai anakku, apa kira kira amal yang
pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika masih hidup tapi belum aku
kerjakan?”. Aisyah r.a berpikir sejenak lalu menjawab, “Rasulullah SAW selalu
memberi makan kepada seorang Yahudi buta di pojok sudut pasar”. Maka Abu Bakar
r.a mengecek apa yang dikatakan oleh anaknya dan benar saja, ia dapati seorang
perempuan renta yang buta duduk disudut pasar tanpa ada siapapun yang
mempedulikannya.
Abu Bakar r.a segera mendekati perempuan buta Yahudi itu dan mengeluarkankan
roti yang sudah siapkan untuk diberi kepada perempuan buta itu. Dari mulut
perempuan buta itu selalu terdengar omongan yang buruk tantang Rasulullah SAW.
Ia menghina Rasulullah SAW dan menyuruh orang orang dipasar untuk tidak mengikuti
ajakan Muhammad. Abu Bakar r.a mendengar itu semua dan sabar, ia tidak bisa
membayangkan perasaan Rasulullah SAW memberi makan perempuan buta itu sambil
dihina dan diejek setiap harinya oleh perempuan yang sama. Mulut yang telah
diberinya makan tiap hari tapi kembali memberi berupa hinaan dan cercaan.
Rasulullah SAW memang memiliki akhlak yang agung.
Ketika suapan pertama telah masuk kedalam mulut perempuan buta itu ia merasa
kaget dan memuntahkan makanan yang diberi oleh Abu Bakar r.a. Perempuan buta itu
berkata,”Siapa kamu, kamu bukan orang yang biasa memberi aku makan”. Abu Bakar
berkata ,”Dari mana kamu tahu kalau aku bukan orang yang biasa memberi kamu
makan?”. Perempuan buta itu menjawab,”Makanan yang kau beri tidak kau haluskan
lebih dulu. Orang yang biasa memberi aku makan selalu menghaluskan makanan
lebih dulu karena ia tahu kalau gigiku sudah tak sanggup mengunyah makanan”.
Abu Bakar r.a hendak meneteskan airmata, mengingat akan kekasihnya Rasulullah
SAW yang berakhlak sangat mulia sekalipun kepada orang yang setiap hari
menghina dan mencacinya. Sejenak kemudian Abu Bakar r.a berkata,”Ketahuilah
olehmu wahai perempuan yang buta bahwa orang yang biasa memberimu makan sudah
meninggal beberapa hari yang lalu dan aku adalah sahabatnya. Orang yang biasa
memberimu makan adalah Muhammad SAW, laki laki yang tiap hari selalu bersabar
meski kau hina dan caci sedangkan ia tak pernah berhenti menyuapkan makanan
kemulutmu”.
Perempuan Yahudi yang buta itu kaget bukan main dan tak lama kemudian ia
menangis. Benaknya berpikir bagaimana mungkin orang yang selalu bersabar dan
memberinya makan sambil terus mendengar hinaan dan cacian bukan seseorang yang
menjadi pilihan Tuhan untuk menyampaikan Risalah kenabian. Ia menyesal belum
sempat meminta maaf kepada orang yang sangat peduli dengannya padahal tidak ada
seorang keluarganyapun yang sempat menengok keadaannya.
Ia lalu bersyahadat dihadapan Abu Bakar r.a dan menjadi muslimah yang taat.
Kini hari harinya diisi dengan ibadah. Tidak pernah ia melewatkan waktu kecuali
dengan sibuk berzikir dan beribadah. Ia selalu menangis bila ziarah ke makam
Rasulullah SAW. Kini iman telah mengisi relung kalbunya dan amal sholeh telah
menghiasi tubuhnya.
2. Rasulullah pagi itu sibuk memperhatikan
bajunya dengan cermat. baju satu-satunya dan itupun ternyata sudah usang. baju
yang setia menutup aurat beliau. meringankan tubuh beliau dari terik matahari
dan dinginnya udara. Baju yang tidak pernah beristirahat.
Tetapi beliau tak mempunyai uang sepeser pun.
Dengan apa beliau harus membeli baju? Padahal baju yang ada sudah waktunya
diganti. Rasulullah sebenarnya dapat saja menjadi kaya mendadak, bahkan terkaya
di dunia ini. Tapi sayang, beliau tak mau mempergunakan kemudahan itu. Jika
beliau mau, Allah dalam sekejap bisa mengubah gunung dan pasir menjadi
butir-butir emas yang berharga. Beliau tak sudi berbuat demikian karena
kasihnya kepada para fakir yang papa. siapakah yang akan menjadi teladan jika
bukan beliau..? Contoh untuk menahan derita, menahan lapar dan dahaga, menahan
segala coba dan uji Allah dengan kesabaran. Selalu mensyukuri nikmat Allah
berapa pun besarnya. Siapa lagi kalau bukan beliau yang menyertai umatnya dalam
menjalani iradat yang telah ditentukan Allah. Yaitu kehidupan dalam jurang
kedukaan dan kemiskinan. Siapa pula yang harus menghibur mereka agar selalu
bersabar dan rela dengan yang ada selain beliau? Juga siapa pula yang harus
menanamkan keyakinan akan pahala Allah kelak di akhirat jika bukan beliau?
Yah,…hanya beliaulah yang mampu menjalankan
berbagai hal diatas. benar,…baliaulah satu-satunya manusia yang mendapatkan
amanat dari Allah untuk semua umat manusia. Tugas yang lebih murni dan mulia
daripada intan berlian serta butiran emas yang lain. Lebih halus dari sutera
serta lebih indah dari segala keindahan yang dikenal manusia di dunia ini.
lebih megah dari segala kedudukan dan derajad kehidupan manusia yang katanya
sudah megah.
“Semua itu hanyalah merupakan kesenangan
dunia sedang di sisi Allah yang paling baik dan sebaik-baik tempat kembali”
Perjuangan itu tidak mudah. bahkan sangat
berat bagi beliau. Menegakkan yang hak hanya dapat dicapai dengan penuh
keimanan dan kekuatan. sabar dalam menghadapi setiap malapetaka yang menimpa,
bersyukur yang dilakukan dengan hati bersih. dalam keadaan bagaimanapun, baik
dalam duka maupun suka, bersyukur dan keimanan harus selalu menyertai. Itulah
pokok risalah yang dibawa Rasulullah saw.
Allah Maha Bijaksana, tidak akan membiarkan
hamba-Nya terkasih kebingungan. Rasulullah diberinya rezeki sebanyak delapan
dirham. Bergegas beliau melangkah ke pasar. Tentunya kita maklum. uang sekian
itu dapat dibelikan apa. Apakah cukup untuk membeli makan, minum, serta pakaian
penutup badan? Oleh sebab itu, bergembiralah hai para fakir dan miskin! Nabi
kita, Muhammad saw telah memberikan contoh begitu jelas. Nabi yang kita cintai,
hamba kesayangan Allah pergi ke pasar dengan uang sedikit seperti yang kita
miliki. Tetapi nabi kita ini, hamba Allah yang di bumi bernama Ahmad, sedang
dari langit bernama Muhammad dengan ridha pergi ke pasar berbekal uang delapan
dirham untuk berbelanja. Manusia penuh nur dan inayah Allah yang dilahirkan di
makkah. meskipun beliau miskin, beliau senang sekali hidup. beliau belum ingin
mati meski kemiskinan menjerat setiap hari.
Di tengah perjalanan menuju pasar, beliau
menemukan seorang wanita yang menangis. Ternyata wanita yang kehilangan uang.
Segera beliau memberikan uangnya sebanyak dua dirham. Beliau berhenti sejenak
untuk menenangkan wanita itu.
Rasulullah bergegas menuju ke pasar yang
semakin ramai. Sepanjang lorong pasar banyak sekali masyarakat yang menegur
beliau dengan hormat. Selalu menjawab dan memberikan salam yang mengingatkan
akan kebesaran Allah semata. Beliau langsung menuju tempat di mana ada barang
yang diperlukannya. Dibelinya sepasang baju dengan harga empat dirham. beliau
segera pulang. Di perjalanan beliau bertemu dengan seorang tua yang telanjang.
Orang tersebut dengan iba memohon sepotong baju untuk dipakainya. Rasulullah
yang memang pengasih itu tidak tahan melihat. Langsung diberikannya baju yang
baru dibeli. Beliau kembali ke pasar utnuk membeli baju lagi seharga dua
dirham. Tentu saja lebih kasar dan jelek kualitasnya daripada yang empat
dirham. dengan gembira beliau pulang membawa bajunya.
Langkahnya dipercepat karena sengatan
matahari yang semakin terik. Juga angin malam yang telah mulai berhembus
pelan-pelan. Beliau tidak ingin kemalaman di jalan. Tak lama beliau melangkah
ke luar pasar, ditemuinya lagi wanita yang menangis tadi. Wanita itu kelihatan
bingung dan sangat gelisah. Rasulullah saw mendekat dan bertanya mengapa.
Wanita itu ternyata ketakutan untuk pulang. Dia telah terlambat dari batas
waktu, dan takut dimarahi majikannya jika pulang nanti. Rasulullah saw langsung
menyatakan akan mengantarkannya.
Wanita itu berjalan yang diikuti Rasulullah
saw dari belakang. Hatinya tenang karena Rasulullah saw pasti akan melindungi
dirinya. Dia yakin majikannya akan memaafkan, karena kepulangan yang diantarkan
oleh manusia paling mulia di dunia ini. Bahkan mungkin akan berterima kasih
karena pulang membawa kebaikan bersama dengan kedatangan nabi dan rasul mereka.
Mereka terus berjalan hingga sampai ke perkampungan kaum Anshari. Kebetulan
saat itu yang ada hanyalah para isteri mereka.
“Assalamu’alaikum warahmatullah”, sapa
Rasulullah saw keras. Mereka semuanya diam tak menjawab. Padahal mereka
mendengar. Hati mereka diliputi kebahagiaan karena kedatangan Nabi. Mereka
menganggap salam Rasulullah saw sebagai berkah dan seperti lebaran saja. Mereka
masih ingin mendengarnya lagi. Ketika tak terdengar jawaban, Rasulullah saw
memberi salam lagi. Tetap tak terdengar jawaban. Rasulullah saw mengulang untuk
yang ketiga kali dengan suara lantang, Assalamu’alaikum warahmatullah. Serentak
mereka menjawab.
Rasulullah sangat heran dengan semua itu.
Beliau menanyakan pada mereka apa sebabnya. Mereka mengatakan, ” Tidak ya
Rasulullah. Kami sudah mendengar sejak tadi. Kami memang sengaja, kami ingin
mendapatkan salam lebih banyak”. Rasulullah melanjutkan, “Pembantumu ini
terlambat pulang dan tidak berani pulang sendirian. Sekiranya dia harus
menerima hukuman, akulah yang akan menerimanya”. Ucapan ini sangat mengejutkan
mereka. Kasih sayang Nabi begitu murni, budi pekerti yang utama, yang indah
tampak dihadapan mereka. Beliau menempuh perjalanan begitu panjang dan jauh
hanya untuk mengantarkan seorang budak yang takut dimarahi majikannya. Lagipula
hanya karena terlambat pulang. Bahkan memohonkan maaf baginya pula. Sehingga
karena harunya, mereka berkata, “Kami memaafkan dan bahkan membebaskannya.
Kedatangannya kemari bersama anda karena untuk mengharap ridha Allah semata”.
Budak itu tak terhingga rasa terima kasihnya. Bersyukur atas karunia Allah swt
dan kebebasannya karena dari Rasulullah saw.
Rasulullah saw pulang dengan hati gembira.
Telah bebas satu perbudakan dengan mengharap ridha Allah swt sepenuhnya. Beliau
juga tak lupa mendoakan para wanita itu agar mendapatkan berkah dari Allah swt.
Semoga semua harta dan turunan serta semoga selalu tetap dalam keadaan iman dan
islam. Beliau sibuk memikirkan peristiwa sehari tadi. Hari yang penuh berkah
dan karunia Allah swt semata. Akhirnya beliau berujar dengan, “Belum pernah
kutemui berkah angka delapan sebagaimana hari ini. Delapan dirham yang mampu
mengamankan seseorang dari ketakutan, dua orang yang membutuhkan serta
memerdekakan seorang budak”. Bagi seseorang muslim yang memberikan pakaian pada
saudara sesama muslim, Allah akan memelihara selama pakaian itu masih melekat.
3. Suatu hari satu
pertempuran telah berlaku di antara pihak Islam dengan pihak Musyrik. Kedua-dua
belah pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan antara satu sama lain. Tiba
saat pertempuran itu diberhentikan seketika dan kedua-dua pihak pulang ke
markas masing-masing. Di sana Nabi Muhammad s.a.w. dan para sahabat telah
berkumpul membincangkan tentang pertempuran yang telah berlaku itu. Peristiwa
yang baru mereka alami itu masih terbayang-bayang di ruang mata. Dalam
perbincangan itu, mereka begitu kagum dengan salah seorang dari sahabat mereka
iaitu, Qotzman. Semasa bertempur dengan musuh, dia kelihatan seperti seekor
singa yang lapar membaham mangsanya. Dengan keberaniannya itu, dia telah
menjadi buah mulut ketika itu.
"Tidak seorang pun di antara kita
yang dapat menandingi kehebatan Qotzman," kata salah seorang sahabat.
Mendengar perkataan itu, Rasulullah s.a.w. pun menjawab, "Sebenarnya dia
itu adalah golongan penduduk neraka." Para sahabat menjadi hairan
mendengar jawapan Rasulullah s.a.w. itu. Bagaimana seorang yang telah berjuang
dengan begitu gagah menegakkan Islam boleh masuk dalam neraka. Para sahabat
berpandangan antara satu sama lain apabila mendengar jawapan Rasulullah s.a.w.
itu. Rasulullah s.a.w. sedar para sahabatnya tidak begitu percaya dengan
ceritanya, lantas Baginda s.a.w. berkata, "Semasa Qotzman dan Aktsam keluar
ke medan perang bersama-sama, Qotzman telah mengalami luka parah akibat ditikam
oleh pihak musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Dengan segera Qotzman
meletakkan pedangnya ke atas tanah, manakala mata pedang itu pula dihadapkan ke
dadanya. Lalu dia terus membenamkan mata pedang itu ke dalam dadanya."
"Dia melakukan perbuatan itu adalah kerana dia tidak tahan menanggung
kesakitan akibat dari luka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan kerana
berlawan dengan musuhnya, tetapi membunuh dirinya sendiri. Melihatkan
keadaannya yang parah, ramai orang menyangka yang dia akan masuk syurga. Tetapi
dia telah menunjukkan dirinya sebagai penduduk neraka." Menurut Rasulullah
s.a.w. lagi, sebelum dia mati, Qotzman ada mengatakan, katanya, "Demi
Allah aku berperang bukan kerana agama tetapi hanya sekadar menjaga kehormatan
kota Madinah supaya tidak dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku berperang hanyalah
untuk membela kehormatan kaumku. Kalau tidak kerana itu, aku tidak akan
berperang."
4. Diriwayatkan bahawa pada suatu hari Rasulullah s.a.w. sedang
duduk bersama para sahabat, kemudian datang pemuda Arab masuk ke dalam masjid
dengan menangis. Apabila Rasulullah s.a.w. melihat pemuda itu menangis maka
baginda pun berkata, "Wahai orang muda kenapa kamu menangis?" Maka
berkata orang muda itu, "Ya Rasulullah s.a.w., ayah saya telah meninggal
dunia dan tidak ada kain kafan dan tidak ada orang yang hendak
memandikannya." Lalu Rasulullah s.a.w. memerintahkan Abu Bakar r.a. dan
Umar r.a. ikut orang muda itu untuk melihat masalahnya. Setelah mengikut orang
itu, maka Abu Bakar r.a dan Umar r.a. mendapati ayah orang mudah itu telah
bertukar rupa menjadi babi hitam, maka mereka pun kembali dan memberitahu
kepada Rasulullah s.a.w., "Ya Rasulullah, kami lihat mayat ayah orang ini
bertukar menjadi babi hutan yang hitam."
Kemudian Rasulullah s.a.w. dan para sahabat pun pergi ke rumah orang muda dan
Baginda s.a.w. pun berdoa kepada Allah s.w.t., kemudian mayat itu pun bertukar
kepada bentuk manusia semula. Lalu Rasulullah s.a.w. dan para sahabat
menyembahyangkan mayat tersebut. Apabila mayat itu hendak dikebumikan, maka
sekali lagi mayat itu berubah menjadi seperti babi hutan yang hitam, maka
Rasulullah s.a.w. pun bertanya kepada pemuda itu, "Wahai orang muda, apakah
yang telah dilakukan oleh ayahmu sewaktu dia di dunia dulu?"
Berkata orang muda itu, "Sebenarnya ayahku ini tidak mahu mengerjakan
solat." Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda, "Wahai para sahabatku,
lihatlah keadaan orang yang meninggalkan sembahyang. Di hari kiamat nanti akan
dibangkitkan oleh Allah s.w.t. seperti babi hutan yang hitam." Di zaman
Abu Bakar r.a ada seorang lelaki yang meninggal dunia dan sewaktu mereka
menyembahyanginya tiba-tiba kain kafan itu bergerak. Apabila mereka membuka
kain kafan itu mereka melihat ada seekor ular sedang membelit leher mayat
tersebut serta memakan daging dan menghisap darah mayat. Lalu mereka cuba
membunuh ular itu.
Apabila mereka cuba untuk membunuh ular itu, maka berkata ular tersebut, "Laa
ilaaha illallahu Muhammadu Rasulullah, mengapakah kamu semua hendak
membunuh aku? Aku tidak berdosa dan aku tidak bersalah. Allah s.w.t. yang
memerintahkan kepadaku supaya menyeksanya sehingga sampai hari kiamat."
Lalu para sahabat bertanya, "Apakah kesalahan yang telah dilakukan oleh
mayat ini?"
Berkata ular, "Dia telah melakukan tiga kesalahan, di antaranya :"
1. Apabila dia mendengar azan, dia tidak mahu datang untuk sembahyang
berjamaah.
2.Dia tidak mahu keluarkan zakat hartanya.
3.Dia tidak mahu mendengar nasihat para ulama.
Maka inilah balasannya.
5. Setelah pelbagai
usaha oleh kaum Quraisy untuk menyekat dan menghapuskan penyebaran agama Islam
menemui kegagalan, maka Abu Jahal semakin benci terhadap Rasulullah s.a.w.
Kebencian Abu Jahal ini tidak ada tolok bandingnya, malah melebihi kebencian
Abu Lahab terhadap Rasulullah s.a.w. Melihatkan agama Islam semakin tersebar,
Abu Jahal pun berkata kepada kaum Quraisy di dalam suatu perhimpunan, "Hai
kaumku! Janganlah sekali-kali membiarkan Muhammad menyebarkan ajaran barunya
dengan sesuka hatinya. Ini adalah kerana dia telah menghina agama nenek moyang
kita, dia mencela tuhan yang kita sembah. Demi Tuhan, aku berjanji kepada kamu
sekalian, bahawa esok aku akan membawa batu ke Masjidil Haram untuk dibalingkan
ke kepala Muhammad ketika dia sujud. Selepas itu, terserahlah kepada kamu semua
samada mahu menyerahkan aku kepada keluarganya atau kamu membela aku dari
ancaman kaum kerabatnya. Biarlah orang-orang Bani Hasyim bertindak apa yang mereka
sukai."
Tatkala mendengar jaminan daripada Abu Jahal, maka orang ramai yang menghadiri
perhimpunan itu berkata secara serentak kepadanya, "Demi Tuhan, kami tidak
akan sekali-kali menyerahkan engkau kepada keluarga Muhammad. Teruskan
niatmu." Orang ramai yang menghadiri perhimpunan itu merasa bangga
mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Abu Jahal bahawa dia akan menghapuskan
Muhammad kerana jika Abu Jahal berjaya menghapuskan Rasulullah s.a.w. bererti
akan terhapuslah segala keresahan dan kesusahan mereka selama ini yang
disebabkan oleh kegiatan Rasulullah s.a.w. menyebarkan agama Islam di kalangan
mereka.
Dalam pada itu, terdapat juga para hadirin di situ telah mengira-ngira
perbelanjaan untuk mengadakan pesta sekiranya Rasulullah s.a.w. berjaya
dihapuskan. Pada pandangan mereka adalah mudah untuk membunuh Nabi Muhammad
s.a.w. yang dikasihi oleh Tuhan Yang Maha Esa serta sekalian penghuni langit.
Padahal Allah s.w.t. tidak akan sekali-kali membiarkan kekasih-Nya diancam dan
diperlakukan seperti binatang.
Dengan perasaan bangga, keesokan harinya di sebelah pagi, Abu Jahal pun terus
pergi ke Kaabah iaitu tempat biasa Nabi Muhammad s.a.w. bersembahyang.
Dengan langkahnya seperti seorang satria, dia berjalan dengan membawa seketul
batu besar di tangan sambil diiringi oleh beberapa orang Quraisy yang rapat
dengannya. Tujuan dia mengajak kawan-kawannya ialah untuk menyaksikan bagaimana
nanti dia akan menghempapkan batu itu di atas kepala Nabi Muhammad s.a.w.
Sepanjang perjalanan itu dia membayangkan bagaimana keadaan Nabi Muhammad
s.a.w. nanti setelah kepalanya dihentak oleh batu itu. Dia tersenyum sendirian
apabila membayangkan kepala Nabi Muhammad s.a.w. pecah dan tidak bergerak
lagi. Dan juga membayangkan bagaimana kaum Quraisy akan menyambutnya sebagai
pahlawan yang telah berjaya membunuh musuh nombor satu mereka. Sebaik
sahaja Abu Jahal tiba di perkarangan Masjidil Haram, dilihatnya Nabi
Muhammad s.a.w. baru sahaja sampai dan hendak mengerjakan sembahyang. Dalam
pada itu, Nabi Muhammad s.a.w. tidak menyedari akan kehadiran Abu Jahal
dan kawan-kawannya di situ. Baginda s.a.w. tidak pernah terfikir apa yang
hendak dilakukan oleh Abu Jahal terhadap dirinya pada hari itu.
Sebaik-baik sahaja Abu Jahal melihat Nabi Muhammad s.a.w. telah mula
bersembahyang, dia berjalan perlahan-lahan dari arah belakang menuju ke arah
Nabi Muhammad s.a.w. Abu Jahal melangkah dengan berhati-hati, setiap
pergerakannya dijaga, takut disedari oleh Baginda s.a.w. Dari jauh kawan-kawan
Abu Jahal memerhatikan dengan perasaan cemas bercampur gembira. Dalam hati
mereka berkata, "Kali ini akan musnahlah engkau hai Muhammad."
Sebaik sahaja Abu Jahal hendak menghampiri Nabi Muhammad s.a.w. dan
menghayun batu yang dipegangnya itu, tiba-tiba secepat kilat dia berundur ke
belakang. Batu yang dipegangnya juga jatuh ke tanah. Mukanya yang tadi merah
kini menjadi pucat lesi seolah-olah tiada berdarah lagi. Rakan-rakannya yang
amat ghairah untuk melihat Nabi Muhammad s.a.w. terbunuh, tercengang dan
saling berpandangan.
Kaki Abu Jahal seolah-olah terpaku ke bumi. Dia tidak dapat melangkahkan kaki
walaupun setapak. Melihatkan keadaan itu, rakan-rakannya segera menarik Abu
Jahal dari situ sebelum disedari oleh Baginda s.a.w. Abu Jahal masih
terpinga-pinga dengan kejadian yang dialaminya. Sebaik sahaja dia sedar
dari kejutan peristiwa tadi, rakan-rakannya tidak sabar untuk mengetahui apakah
sebenarnya yang telah berlaku. Kawannya bertanya, "Apakah sebenarnya yang
terjadi kepada engkau, Abu Jahal? Mengapa engkau tidak menghempapkan batu itu
ke kepala Muhammad ketika dia sedang sujud tadi?"
Akan tetapi Abu Jahal tetap membisu, rakan-rakannya semakin kehairanan. Abu
Jahal yang mereka kenali selama ini seorang yang lantang berpidato dan
menyumpah seranah Nabi Muhammad s.a.w., tiba-tiba sahaja diam
membisu. Dalam pada itu, Abu Jahal masih terbayang-bayang akan kejadian
yang baru menimpanya tadi. Dia seolah-olah tidak percaya dengan apa yang
dilihatnya, malah dia sendiri tidak menyangka perkara yang sama akan berulang
menimpa dirinya. Perkara yang sama pernah menimpa Abu Jahal sewaktu
Nabi Muhammad s.a.w. pergi ke rumah Abu Jahal apabila seorang Nasrani mengadu
kepada Baginda s.a.w. bahawa Abu Jahal telah merampas hartanya. Pada masa itu
Abu Jahal tidak berani berkata apa-apa pada Baginda s.a.w. apabila dia
terpandang dua ekor harimau menjadi pengawal peribadi Nabi Muhammad
s.a.w.
Kemudian setelah habis mereka menghujani Abu Jahal dengan pelbagai soalan, maka
Abu Jahal pun mula bersuara, "Wahai sahabatku! Untuk pengetahuan kamu
semua, sebaik sahaja aku menghampiri Muhammad hendak menghempapkan batu itu ke
kepalanya, tiba-tiba muncul seekor unta yang besar hendak menendang aku. Aku
amat terkejut kerana belum pernah melihat unta yang sebegitu besar seumur
hidupku. Sekiranya aku teruskan niatku, nescaya akan matilah aku ditendang oleh
unta itu, sebab itulah aku berundur dan membatalkan niatku."
Rakan-rakan Abu Jahal berasa amat kecewa mendengar penjelasan itu, mereka tidak
menyangka orang yang selama ini gagah dan beria-ia hendak membunuh Nabi
Muhammad s.a.w. hanya tinggal kata-kata sahaja. Orang yang selama ini
diharapkan boleh menghapuskan Nabi Muhammad s.a.w. dan pengaruhnya hanya
berupaya bercakap seperti tin kosong sahaja. Setelah mendengar penjelasan
dari Abu Jahal yang tidak memuaskan hati itu, maka mereka pun berkata kepada
Abu Jahal dengan perasaan kehairanan, "Ya Abu Jahal, semasa kau
menghampiri Muhammad tadi, kami memerhatikan engkau dari jauh tetapi kai tidak
nampak akan unta yang engkau katakan itu. Malah bayangnya pun kami tidak
nampak." Rakan-rakan Abu Jahal mula sangsi dengan segala keterangan
yang diberikan oleh Abu Jahal. Mereka menyangka Abu Jahal sentiasa mereka-reka
cerita yang karut itu, mereka mula hilang kepercayaan terhadapnya. Akhirnya
segala kata-kata Abu Jahal mereka tidak berapa endahkan lagi.
|